Disleksia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan belajar pada anak-anak yang kesulitan dalam menulis, membaca atau berbicara dengan lancar dan jelas. ini terjadi karena adanya gangguan saraf yang terjadi pada bagian otak yang memproses suatu bahasa.
Disleksia pada umumnya hanya dialami oleh anak-anak namun orang dewasa juga dapat mengalami gangguan ini, meski umumnya pengidap penyakit ini mengalami kondisi kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak sama sekali mengganggu atau memengaruhi sesorang dalam tingkat kecerdasan.
Ada beberapa faktor dari resiko penyakit ini antara lain adalah, anggota keluarga kemungkin akan mengalami penyakit gangguan belajar yang turun dari genetik, kemudian kondisi kepada ibu hamil adalah bayi yang dilahirkan kemungkinan akan prematur dan mungkin bayi yang lahir memiliki berat badan yang tidak ideal, dan dapat mengalami gangguan kelainan pada rangka otak yang bertugas dalam berpikir dan mengolah sebuah kata menjadi bahasa.
Ada juga mengapa seseorang dapat mengalami penyakit disleksia antara lain seperti kelainan genetik dari keluarga, anak yang lahir mengalami cedera dibagian otak serta mengalami trauma pada bagian kepala dan otak.
Anak disleksia memiliki kecerdasaan yang normal walaupun pada saat usia mulai belajar, anak-anak akan kesulitan membaca walapun mereka membutuhkan waktu yang terbilang lama untuk belajar dalam berbicara, penderita juga akan salah dalam mengungkapkan suatu kata atau dapat kesulitan dalam membedakan suatu arti kata yang diucapkan.
Kemudian dalam proses pertumbuhan, anak-anak penderita disleksia cenderung kesulitan belajar dalam merangkak, hingga berjalan dibanding dengan anak-anak usia lainnya. kemudian akan kesulitan dalam mengerakan tubuh sehingga akan terlihat seperti lemah dan seperti tidak berdaya, konsentrasi yang kurang dan tingkat kesehatan yang rendah sehingga mudah sakit, mudah terkena alergi, demam ataupun asma.
Penyakit disleksia tidak dapat disembuhkan, namun dalam suatu kondisi seperti terapi dapat membantu anak-anak dalam melatih mereka sehingga dapat berlaku normal, contohnya seperti mengupayakan kerja sama dengan pihak sekolah, kemudian melatih anak-anak dalam membaca secara rutin, kemudian dapat terus saling berinteraksi dengan anak-anak, memberikan motivasi dan inspirasi kepada anak-anak sehingga mereka memiliki minat dalam membaca, dan bersabar dalam memberikan latihan agar anak dapat memiliki kepercayaan dirinya sendiri dalam melawan disleksia.