Lantai yang bersih di dalam rumah pasti menjadi dambaan setiap orang, terutama bagi para ibu. Jika lantai rumah terasa kotor, bersihkan semaksimal mungkin dengan sapu atau lakukan langkah terakhir yaitu mengepel lantai rumah. Dalam keadaan normal, Anda bisa mengepel lantai rumah dengan cara memercikkan air dan sabun pembersih lantai pada permukaan lantai kemudian melakukan proses mengepel.
Menggunakan sabun lantai membuat lantai lebih harum dan lebih berkilau alami. Namun tidak bagi suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jika Anda menjual sabun pembersih lantai di daerah ini, tentu tidak laris. Ada cara unik suku Sasak mengepel lantai rumah, yaitu dengan kotoran sapi.
Mengepel Lantai Dengan Kotoran Sapi Warga NTB
Proses mengepel dengan kotoran sapi
Yang kita ketahui selama ini penggunaan kotoran sapi hanya untuk kotoran tanaman. Ketika kotoran sapi digunakan untuk mengepel lantai, tentu saja menjadi aneh, unik dan menimbulkan pertanyaan. Kotoran sapi secara logika adalah sesuatu yang kotor dan jika digunakan sebagai bahan untuk mengepel lantai tentu akan membuat lantai menjadi kotor dan bau. Namun begitulah kenyataannya di suku Sasak, kotoran sapi digunakan sebagai pengganti sabun untuk mengepel lantai.
Bagi suku Sasak, membersihkan lantai rumah menggunakan kotoran kerbau dan sapi bisa membuat lantai rumah mereka lebih kasar dan mengilap serta mengusir nyamuk dan lalat keluar rumah. Selain itu, mengepel lantai rumah dengan kotoran sapi bisa membuat lantai rumah lebih sejuk di musim panas dan lebih hangat di musim hujan.
Proses mengepel lantai rumah menggunakan kotoran sapi dan kerbau dimulai dengan mengambil kotoran sapi dan kerbau yang baru keluar dari anus kerbau. Pemilihan kotoran baru karena kotoran baru belum kering dan masih hangat karena baru keluar dari pabrik. Kotoran sapi diambil kemudian dimasukkan ke dalam ember dan dicampur dengan air secukupnya. Setelah kotoran dan air tercampur, proses pengepelan dilakukan dengan menutup lantai dengan kotoran sapi. Kegiatan membersihkan lantai ini banyak dilakukan oleh perempuan suku Sasak, Lombok, NTB.