Mengenal Gejala Skleroderma Beserta Penyebabnya


Scleroderma adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi kolagen yang berlebihan. Kondisi yang mempengaruhi jaringan ikat ini menyebabkan perubahan pada kulit, pembuluh darah dan organ dalam.

Gejala skleroderma pada satu orang dan orang lain bisa berbeda-beda. Tidak ada obat khusus untuk mengobati penyakit ini. Namun, kombinasi terapi obat dan perawatan tubuh dapat meredakan gejala dan mencegah komplikasi.

Diagnosis dan Perawatan

Tidak ada penelitian yang dapat memberikan dasar untuk diagnosis definitif skleroderma. Harus ada kombinasi dari beberapa pemeriksaan, seperti:

Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

Banyak gejala skleroderma yang mudah dideteksi pada pemeriksaan. Misalnya, perubahan fisik pada wajah akibat penebalan kulit. Selain itu, tangan juga bisa tampak bengkak, lengkap dengan goresan, akibat gatal yang berhubungan dengan peradangan.

Selain itu, penderita skleroderma sistemik juga akan mengalami kekakuan sendi, pelebaran pembuluh darah di wajah dan tangan (telangiectasias), serta deposit kalsium di jari dan tendon.

Fenomena Raynaud adalah salah satu gejala pertama skleroderma sistemik. Jari-jari mungkin tampak kemerahan, kebiruan, atau putih. Namun, fenomena ini juga bisa terjadi tanpa ada kaitannya dengan penyakit ini.
Selain itu, pasien sering mengeluhkan masalah pada sistem pencernaan, seperti regurgitasi asam dan kesulitan menelan.

tes darah

Sebagian besar pasien skleroderma ditemukan memiliki antibodi anti-nuklear (ANA) positif dari sampel darah mereka. Karena skleroderma juga dapat mempengaruhi fungsi ginjal, dokter Anda mungkin juga memesan sampel urin dan tes darah dasar dengan panel metabolik.

Penelitian seni visual

Sebagai dasar untuk membuat diagnosis, dokter juga dapat meminta studi pencitraan untuk melihat bagaimana hal itu mempengaruhi organ dalam. Contohnya termasuk biopsi kulit, rontgen dada, CT scan, dan EKG.

Sampai saat ini, tidak ada obat untuk skleroderma. Artinya, tidak ada obat khusus yang bisa menghentikan atau memperlambat pengerasan kulit.

Namun, dengan perawatan dan pengobatan khusus, gejalanya bisa hilang. Ini juga merupakan upaya untuk mencegah komplikasi dan kejengkelan kondisi kulit.

Selain keluhan fisik dan masalah pada fungsi organ dalam, pengidap skleroderma seringkali memiliki masalah dengan pola tidur dan kehidupan seksual. Belum lagi masalah yang berkaitan dengan emosi seperti tidak percaya diri dalam berpenampilan hingga depresi.

Sama pentingnya, mungkin ada tantangan dari lingkungan sosial karena rendahnya tingkat pengetahuan tentang skleroderma. Hal ini dapat menyebabkan stigma negatif atau lebih buruk, mengusir pasien.